Lokasi saat ini:BetFoodie Lidah Indonesia > Sehat
Menelaah tren "doom spending" Gen Z sebagai motor penggerak ekonomi
BetFoodie Lidah Indonesia2025-11-06 22:05:40【Sehat】153 orang sudah membaca
PerkenalanIlustrasi - Belanja kebutuhan hewan peliharaan secara daring. ANTARA/HO-Pet123 Indonesia.fenomena do

fenomena doom spending menuntut adanya kebijakan publik yang proaktif, baik melalui regulasi industri keuangan maupun program literasi yang terarah, agar manfaat konsumsi tetap terjaga tanpa harus mengorbankan stabilitas keuangan generasi mendatang
Jakarta (ANTARA) - Di saat banyak pengamat ekonomi meramalkan kelesuan konsumsi ketika kengakpastian global meningkat, muncul paradoks baru: generasi muda atau Gen Z yang menunjukkan kecenderungan menghabiskan uang lebih, sebuah fenomena yang populer disebut doom spending.
Istilah ini memotret perilaku konsumtif yang lahir dari rasa ngak menentu terhadap masa depan; alih-alih menabung banyak untuk jaminan kelak, sebagian orang memilih "menikmati hari ini" sebagai bentuk pelampiasan, penghiburan, atau pernyataan identitas.
Fenomena itu ngak hanya soal psikologi individu. Dalam skala makro, dorongan pengeluaran ini memberi napas baru pada rantai nilai ekonomi yang menyuntikkan permintaan ke sektor riil, digital, dan kreatif yang sedang tumbuh.
Doom spending adalah perilaku konsumsi berlebihan atau impulsif ketika individu merasa masa depan suram atau penuh kengakpastian. Ini berbeda dari konsumsi normal karena motifnya lebih kuat terkait pelarian emosional, copingterhadap stres, atau mencari kepuasan instan di tengah kecemasan kolektif.
Gen Z sebagai generasi yang lahir antara pertengahan 1990-an hingga awal 2010-an adalah generasi yang paling sering dikaitkan dengan pola ini karena kombinasi beberapa faktor: keterpaparan informasi (seringkali negatif) lewat media sosial; kengakpastian pekerjaan dan karier di era disrupsi; beban biaya hidup di kota besar; serta budaya digital yang memfasilitasi belanja cepat.
Penjelasan ini didukung oleh kajian McKinsey internasional yang menemukan Gen Z lebih rentan melakukan doom spending dibanding kelompok usia yang lebih tua.
Namun demikian, banyak juga Gen Z yang menerapkan strategi finansial kreatif yaitu sebagian mempraktikkan “loud budgeting”, “soft savings”, atau menabung lewat investasi kecil sehingga akhirnya tren doom spending yang terjadi muncul berdampingan dengan literasi baru.
Untuk itu diperlukan penguatan literasi yang memadai mengenai instrumen dan pilihan agar menikmati hari ini tanpa mengorbankan masa depan. Dengan demikian, Gen Z bukan hanya konsumen impulsif yang menambah angka penjualan, tapi mereka bisa menjadi agen perubahan ekonomi yang mendorong inovasi, memperkaya budaya usaha lokal, dan membantu bangsa melewati kengakpastian dengan daya tahan yang lebih baik.
Baca juga: Siasat mengatasi "doom spending" menurut psikolog
1234Tampilkan SemuaSuka(86956)
Artikel Terkait
- Menemukan Shanghai tempo dulu di Jakarta Pusat
- Pemkab Cirebon targetkan dapur MBG miliki SLHS pada akhir Oktober 2025
- BGN gelar bimtek penjamah makanan program MBG di Bekasi
- Dinkes ungkap 7,2 persen anak di Sulbar alami risiko hipertensi
- Bantuan meningkat, penjarahan truk bantuan di Gaza turun drastis
- Gubernur minta kepala daerah tetapkan lokasi pembangunan SPPG 3T
- Pemkot Banjarmasin: Puluhan siswa alami mual sebelum MBG dibagikan
- TikTok Food Fest 2025 Gaet Ribuan Pengunjung, Dorong UMKM dan Promosi Kuliner Nusantara
- Mendagri ingatkan pemda tetap waspada meski inflasi terkendali
- Hukum kemarin, KA Harina tabrak truk hingga vonis eks Kapolres Ngada
Resep Populer
Rekomendasi

Peningkatan skala bantuan kemanusiaan PBB di Gaza alami kemunduran

Sekitar 350 keluarga di Sudan berjalan kaki 50 km untuk mengungsi

Akademisi Kesehatan: Anak dan lansia rentan sakit saat pancaroba

Kementerian UMKM sebut realisasi KUR sektor produksi capai 70 persen

Media Hamas Sebut Kerugian Perang di Gaza Lampaui 70 Miliar Dolar AS

Juara di Jakarta, Daiki Hashimoto haus ukir prestasi di panggung akbar

Dinkes: 83 SPPG di Tangerang mendaftar penerbitan SLHS MBG

Warga terdampak cuaca ekstrem di Kabupaten Bekasi capai 304 orang